Kurangnya Perhatian Soal Sampah, FST UNAIR Edukasi Pengelolaan Sampah di Gili Sapeken

    Kurangnya Perhatian Soal Sampah, FST UNAIR Edukasi Pengelolaan Sampah di Gili Sapeken
    Program edukasi dan sosialisasi pemilahan sampah kepada siswa SDN 4 Sapeken.

    SURABAYA – Pengelolaan sampah yang kurang memadai serta kondisi sampah yang menumpuk di Pulau Sapeken, Kabupaten Sumenep, Madura mendorong Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga (UNAIR) melaksanakan program Airlangga Community Development Hub beberapa waktu lalu.

    “Program ini meliputi kegiatan pemetaan densitas sampah, penyuluhan pemilahan sampah, FGD (focus group discussion, Red), dan pelatihan terkait pengelolaan sampah, serta penyerahan bantuan berupa mesin pencacah sampah, ” jelas Wahid Dianbudiyanto ST MSc koordinator program Airlangga Community Development Hub FST.

    Pemilihan tema pengelolaan sampah itu diawali dengan riset dan diskusi dengan stakeholder serta Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sumenep terkait keadaan Pulau Sapeken. “Pulau Sapeken memiliki luas 0, 638612 km2, namun jumlah penduduknya mencapai 3000 jiwa, ” jelas Wahid, Sabtu (30/7/2022).

    “Timbulan Sampah di Pulau Sapeken mencapai 3 ton per hari, karena tidak ada pengelolaan sampah yang memadai. Sampah menumpuk di TPS dan masyarakat terbiasa membuat sampah ke laut. Jadi kita perlu mengedukasi dan membina masyarakat untuk lebih sadar mengelola sampahnya, ” jelas dosen Teknik Lingkungan FST itu.

    Pembangunan Berkelanjutan

    Program yang telah dilaksanakan selama tiga hari pada Juni lalu itu berkolaborasi dengan Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA). Kegiatan fokus pada Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-4 Pendidikan Berkualitas, poin ke-6 Air Bersih dan Sanitasi, serta poin ke-13 Aksi Iklim.

    Tim Airlangga Community Development Hub FST UNAIR usai memberikan sosialisasi pemilahan sampah di Pulau Sapeken.

    Dari kegiatan pemetaan komposisi sampah, diketahui densitas sampah di Pulau Sapeken mencapai 59 kg/m3. “Komposisi sampah organik sebanyak 41 persen, sedangkan untuk sampah anorganik 59 persen, didominasi jenis plastik sebanyak 45 persen, ” jelas Wahid.

    “Kegiatan sosialisasi salah satunya diadakan di SDN 4 Sapeken, dengan tujuan mengedukasi adik-adik agar terbiasa mengelola sampah berdasarkan jenisnya, ” tutur Wahid. Kegiatan sosialisasi kepada siswa sekolah juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran generasi muda terhadap lingkungan.

    Forum diskusi terkait solusi yang bercecer dengan warga Pulau Sapeken mendapat respon yang baik. “Warga sangat antusias dan semangat dalam mengikuti forum. Warga banyak menyampaikan kendala yang dirasakan, semua peserta juga aktif, dan warga mendeklarasikan diri untuk lebih serius mengelola sampah untuk generasi yang akan datang, ” ungkap Wahid.

    Salah satu upaya yang didiskusikan adalah melakukan percepatan pengesahan Peraturan Desa yang mengatur pengelolaan sampah di Pulau Sapeken.

    Kedepannya tim Airlangga Community Development Hub FST akan terus melakukan pemantauan perkembangan pengelolaan sampah di Desa Sapeken melalui stakeholder lewat jaringan online. (*)

    Penulis: Thara Bening

    Editor: Binti Q. Masruroh

    surabaya
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Tim UNAIR Lolos Pendanaan PKM-RSH 2022 Lewat...

    Artikel Berikutnya

    Sempat Kabur, DPO Asal Kejati Aceh Ditangkap...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Hendri Kampai: Indonesia Hanya Butuh Pemimpin Jujur yang Berani
    Hendri Kampai: Jika Anda Seorang Pejabat, Sebuah Renungan dari Hati ke Hati
    Hendri Kampai: Indonesia Baru, Mimpi, Harapan, dan Langkah Menuju Perubahan
    Hendri Kampai: Kualitas tulisanmu adalah kualitas dirimu

    Ikuti Kami