BANGKALAN, - Kerapan Sapi Perang Bintang Piala Kasad 2023 yang digelar di Stadio Kerapan Sapi Raden Moh. Noer di Bangkalan sudah berakhir, Senin (21/03/2023). Kerapan yang melibatkan 40 tim itu menyisakan banyak kisah. Salah satunya adalah "Jenderal Muda", sapi kerapan yang memboyong Rangking 1 Piala Kasad untuk tim bawah. Sapi kerapan ini adalah milik tim yang diasuh Pangdam V/Brawijaya, Mayjen TNI Farid Makruf, MA.
Baca juga:
Kasad: Jangan Ragu Bertindak Tegas
|
Baginya ini bukanlah sekadar kerapan sapi. Ini adalah sejarah panjang dirinya. ia terlahir di Desa Petrah Tanah Merah, Bangkalan di mana kerapan sapi adalah tradisi yang membumi. Ini adalah kanal komunikasi sosial yang paripurna. Tak ada sekat antara orang kaya dan miskin, pun tua dan muda, tapi adab antarsesama tetaplah dijaga.
Baginya, memelihara tradisi dan budaya, tak cukup dengan kata, harus aksi. Itulah yang membuatnya sampai-sampai harus menahbiskan diri sebagai salah seorang yang punya sapi kerapan andalan, tak cuma para juragan. Ia melibatkan diri di dalamnya. Bersorak, bergembira seperti para pemilik sapi kerapan lainnya saat berlomba.
Ia mengapresiasi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Mas Panji Dudung Abduracman Suryo Adiningrat yang setelah dikukuhkan sebagai warga kehormatan Kesultanan Bangkalan mau terlibat dan membuka Kerapan Sapi Perang Bintang itu.
“Ini adalah kehormatan bagi Kodam V/Brawijaya dan Madura pada umumnya, karena Kasad berkenan berkunjung ke Madura dan dianugerahi gelar kebangsawanan, lalu beliau berkenan menggelar karapan sapi. Ini pun akan memperkokoh jalinan silaturahmi antara TNI dan warga Madura, ” sebut Danrem 132/Tadulako 2020-2021 ini.
Sebagai Putra Madura, ia berterima kasih bahwa Kasad telah berkenan menjadi pembina kerapan sapi di Madura.
“Kasad terkesan pada budaya ini. Baginya ini adalah karya leluhur yang adiluhung. Beliau ingin terlibat dalam pembinaan dan pelestarian tradisi turun temurun ini, ” ungkap Farid.
Di luar itu, imbuh Pangdam, hal yang patut dicatat dari tradisi ini adalah yang menang tak jumawa, yang kalah tak patah hati.
“Sebab yang menang adu kerapan diadu bersama sampai ada peringkatnya. Sementara itu yang kalah pun diadu lagi untuk mendapatkan juara, ” ungkapnya.
Jadi ada istilah "kelas atas" dan "kelas bawah". Masing-masing kelas diadu lagi untuk mendapatkan juara 1, 2 dan 3.
Menurutnya, itu warisan budaya yang luar biasa sehingga memimimalisir perselisihan, sebab baik yang menang dan kalah pun diberi penghargaan semestinya.
“Saya akan kembali menggelar lomba kerapan sapi usai Lebaran Idul Fitri nanti, ” janjinya pada masyarakat yang memadati Stadion Raden Mas Moh. Noer, Senin (20/3/2023) kemarin.