Peneliti Sosiologi : Pandemi Pengaruhi Kesehatan Mental Warga Perbatasan

    Peneliti Sosiologi : Pandemi Pengaruhi Kesehatan Mental Warga Perbatasan

    BELU - Dua peneliti dari Program Studi Sosiologi UB, Wida Ayu Puspitosari dan Dewi Puspita Rahayu menggagas sebuah penelitian tentang teknologi digital untuk kesehatan mental di komunitas warga baru eks Timor Timur di wilayah perbatasan RI-RDTL.

    Kedua akademisi tersebut menemukan bahwa kesehatan mental merupakan perihal yang kurang menjadi perhatian di kalangan warga baru eks Timor Timur, terutama di masa-masa pandemi.

    “Belum ada atensi dan fasilitas khusus untuk pemulihan kesehatan mental bagi warga baru yang terkena dampak pandemi covid-19. Masa-masa krisis ini mengembalikan memori pahit di masa silam saat eksodus terjadi pada tahun 1999. Mereka merasakan perasaan krisis yang sama, ” ungkap Wida, Jum'at (29/7/2022).

    Di samping itu, kesehatan mental warga baru eks Timor Timur juga dipengaruhi oleh tekanan adat memberikan kontrol sosial yang ketat, terutama di saat-saat upacara adat semakin intens di pertengahan tahun ini.

    Tim peneliti Sosiologi UB saat bertemu pegiat kelompok perempuan di Kabupaten Belu. (Foto: Wida for Humas FISIP)

    Dua peneliti ini memaparkan bahwa ada peran teknologi digital juga dalam memulihkan atau justru menurunkan kesehatan mental saat masa pandemi. Dewi memaparkan beberapa warga selama pandemi mengaku cemas dan bosan karena info yang sama saat pandemic terutama melalui WhatsApp.

    “Mereka menyatakan lebih memilih Facebook karena disitu bisa mendapatkan hiburan dan menjual barang, ” ucap Dosen Prodi Sosiologi UB ini.

    Dewi menyatakan penelitian ini merupakan upaya yang dilakukan akademisi Sosiologi UB guna menekankan pentingnya teknologi digital untuk membantu memulihkan kesehatan mental di kalangan warga yang masih termarjinaliasasi.

    “Penting untuk memahami dan mencurahkan apa yang kita rasakan agar kesehatan mental tetap terjaga. Begitu pula bagi warga baru eks Timtim, ” paparnya.

    Untuk selanjutnya, Dewi menyatakan keberadaan ponsel pintar dan dampaknya untuk kesehatan mental perlu untuk diinvestigasi secara lebih mendalam. (Humas FISIP/Humas UB)

    belu
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    SDGs Center UNAIR Lakukan Rapat Koordinasi...

    Artikel Berikutnya

    Sempat Kabur, DPO Asal Kejati Aceh Ditangkap...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Hendri Kampai: Indonesia Hanya Butuh Pemimpin Jujur yang Berani
    Hendri Kampai: Jika Anda Seorang Pejabat, Sebuah Renungan dari Hati ke Hati
    Hendri Kampai: Indonesia Baru, Mimpi, Harapan, dan Langkah Menuju Perubahan
    Hendri Kampai: Kualitas tulisanmu adalah kualitas dirimu

    Ikuti Kami